Pages

Friday, 17 May 2013

Politik Rivalitas Jenderal dan Sekitar Tragedi Mei 98



Rivalitas Prabowo & Wiranto mewarnai politik internal ABRI jelang kerusuhan Mei 98. Persaingan sampai ke puncaknya paska kerusuhan Mei98. Indikasi ketidaksukaan Wiranto, terlihat dari absennya dia sbg Pangab dlm serah terima Pangkostrad Letjen Soegiono kepada Prabowo
,
Prabowo memang mengakui ketidakcocokan dengan Wiranto, tapi dia tidak menganggapnya sebagai lawan
Situasi politik berpihak Prabowo, priviliges menantu Soeharto tentu saja. Wiranto tak banyak pengaruhnya walau dia sebagai Pangab. Politik sipil dipegang Tutut & Hartono lewat Golkar ( bisik bisik ada hubungan khusus diantara mereka berdua ), Habibie memegang ICMI, lalu Prabowo di ABRI, Banyak teman Prabowo mengisi seperti KSAD, Pangdam Jaya, Danjen Kopassus sampai Dankomarinir.
Ketika Habibie jadi Wapres, Posisi Prabowo tambah kuat, hubungan mereka yg dekat. Sejak lama Prabowo kagum thd Habibie. Berulang kali Habibie bilang kepada Prabowo dalam bahasa Inggris. “ Prabowo, jika saya jadi presiden, kau akan menjadi pangab
Tutut & Hartono yg tdk suka Habibie , membuat jarak dg Prabowo. Apalagi Hartono pernah usulkan Prabowo jadi Pangdam di Irian. Sementara Prabowo enggan karena sedang mengembangkan Kopassus dan merasa terbuang, jauh dari Jakarta
Dengan adanya kasus penculikan. Posisi Wiranto diatas angin, dengan mengajukan team Kopassus ke pengadilan, ia dapat simpati publik. DKP yg menyelidiki kasus penculikan ini, tidak pernah mengungkap hasil hasil pemeriksaan. Prabowo tdk pernah diberi tahu hasil DKP, Sepertinya Wiranto tdk ingin Prabowo buka siapa yang memerintahkan atau rahasia dibalik itu. Prabowo bersikeras tdk pernah perintahkan, Hanya saja Prabowo mengambil alih tanggung jawab anak buahnya. “ Saya ambil alih tanggung jawabnya “.
Dalam penembakan Mahasiswa Trisakti. Wiranto juga sengaja mengulur waktu, buying time dengan tidak mengusut kasus ini secara cepat. Tuduhan kembali ke Prabowo jadi bulan bulanan massa, dicurigai sebagai orang dibalik penembakan itu. Dan Puspom ABRI tidak bisa memaksa Dibyo searhkan anggota & senjata. Wiranto didesak Samsu menekan Dibyo krn Kapolri dibawah Pangab
17 hari setelah Insiden itu, Kapolri Dibyo Widodo baru dipanggil Wiranto . “ Lu serahin anggota “. Dibyo menjawab ‘ Siap”, Itupun anggota diserahkan ke Polda bukan ke Pom ABRI. Sementara senjata baru diserahkan tanggal 11 Juni 98
Tuduhan mengarahkan Prabowo di balik penembakan, dg konspirasi anggota kopasus memakai seragam Polri sebagai pelaku penembakan sniper. Teori konspirasi ini tak pernah terbukti, krn peluru snipper diatas 7 mm & projectile peluru tertanam di korban caliber 5,56mm. Sementara korban dipilih secara random, kalau snipper akan memilih misalnya pemimpin demo atau target pilihan
Lima hari setelah insiden Trisakti. Prabowo datang ke rumah Herry Hartanto, salah satu korban. Dia mengambil Al Qur’an, Dia bersumpah di depan, Syahrir Mulyo Utomo, orang tua korban. “ demi Allah saya tdk pernah memerintahkan pembantaian mahasiswa “ Kelak sampai uji balistik di Belfast, Irlandia Feb 2000 akhirnya membuktikan peluru berasal dari anggota polri dari unit Gegana
Kerusuhan Mei pecah. Ada yang aneh tgl 14 Mei 98, di tengah kerusuhan. Pangab Wiranto memboyong petinggi dan Jenderal menuju Malang  Ditengah kerusuhan, justru ABRI menggelar lacara pasukan Pasukan Reaksi Cepat di Malang. Menurut Prabowo dia berusaha mencegah  Menurut Prabowo, sehari sebelumnya ia hubungi berkali kali ke Wiranto utk membatalkan acara ini karena keadaan ibu kota yg genting Wiranto tdk akui ada telpon masuk dari Prabowo. Wiranto : permintaan pembatalan tdk ada dalam catatan sekretaris pribadi / ajudan Menurut sespri Prabowo, Letkol Fuad Basya, ia sendiri yg menghubungi sespri Pangab, Letkol Muktianto. Krn Prabowo tdk bisa hubungi Letkol Muktianto hanya menyampaikan perintah Wiranto agar Prabowo tetap ikut pergi ke Malang
Hasil rekomendasi TGPF pimpinan Marzuki Darusman, tgl 3 Nov 1998 sebutkan, perlu selidiki pertemuan Makostrad tgl 14 Mei 1998. TGPF ingin mengungkapkan dan memastikan peranan Letjend Prabowo S dan pihak lainnya dalam proses yg menimbulkan terjadinya kerusuhan Beberapa yg hadir dlm pertemuan itu spt Buyung Nasution, WS Rendra, Setiawan Djody dan Fahmi Idris membantah pertemuan itu rahasia Buyung mengingat itu ada Din Samsudin, Bambang Widjoyanto, dll. Ini inistiatif Djody menelpon sespri Prabowo minta waktu bertemu Prabowo datang. Lalu ditanya apakah dalang kerusuhan “ Demi Allah saya tdk terlibat. Saya di set up “ Menurut Buyung, terlihat jujur Ini berbeda dg KPP Mei 1998 ( Komisi Penyelidik Pelanggaran berat HAM Mei 1998 ) yg dibentuk tahun 2003 dgn dipimpin Solahudin Wahid ,Menurutnya Pangdam Djaya Safrie Syamsudin dan Kapolda Hamami Nata yang bertanggung jawab karena ada pembiaran , crime by omission Kembali pada tgl 15 Mei jam 01.00 malam. Prabowo menemui Gus Dur di rumahnya. Saat itu GD sedang sakit dan sudah tidur Ia memasuki kamar , memijit kakinya GD hingga bangun. Prabowo menangis & meminta GD menenangkan massa sehingga kerusuhan stop. Tgl 16 Mei, Tutut bilang Prabowo dan Muchdi bahwa ia mundur sbg Menteri sosial agar redakan resistensi masyarakat terhadap Pemerintah, Tutut bertanya ke Prabowo, apa yg akan dilakukan jika mahasiswa terus menduduki DPR. Prabowo menjawab, mereka tak mungkin ditembak Malam harinya Brigjen Robby Mukav bacakan berita dari Mardeka Barat bahwa Kapuspen ABRI Brigjend Wahab Mokodongan berbicara empat hal Ia bicara 4 hal yakni 1) permintaan maaf 2 ) ABRI mendukung PBNU 3) Jumlah korban 500 orang 4) Ibu kota aman, Ternyata yang dimaksud dukungan ke PB NU adalah pernyataan PBNU sebelumnya utk mendukung Presiden Soeharto lengser keprabon. Pernyataan aneh krn tidak ada kop surat / tak ditandatangani. Karena Wiranto tak hadir, maka yg beri konferensi pers adalah Kapuspen Prabowo, Muchdi, KSAD Soebagyo HS, Yusril menemui Soeharto di Cendana mengatakan mereka tidak tahu mengenai siaran pers Mabes ABRI Prabowo kembali bertemu Tutut yg bertambah sebal, krn siang sebelumnya ia bilang ke Tutut, solusinya adalah Pak Harto mundur. Untuk keputusan sepenting ini masak KSAD tidak diajak bicara, kata Soebagyo..Soeharto meminta usut dari mana datangnya siaran per itu. Coba tanya pada kasum atau Kasospol “ kata Soeharto. KSAD Soebagyo tambah kebingungan, karena secara struktural dia tdk dilibatkan , Menurut Wiranto. Tuduhan itu bermula dari pertemuan dirinya dan Gus Dur utk membicarakan situasi yang berkembang , Hasilnya positif, lalu Wiranto memerintahkan Assiten Kasospol Mayjend Mardiyanto menyiapkan pernyataan pers agar masyarakat memahami , Wiranto heran, pernyataan yang masih konsep & belum disetujui, beredar di pers dan oleh Prabowo langsung disampaikan ke Presiden, Wiranto menuduh Prabowo telah melaporkan , bahwa dirinya berkhianat kepada Presiden, Wiranto menegur Mardiyanto karena kasus ini, dan Mardiyanto menyesali dan meminta maaf ke Wiranto. Menurut Mokodongan. Pernyataan pers dukungan PBNU itu dibuat Kasospol SBY dan Mardiyanto. Cuma tidak jelas siapa yang menyebarkan. Sebelumnya Mokodongan diperintahkan oleh Wiranto utk membuat pernyataan pers, ditandatangi sendiri dg cap Puspen ABRI, Ketika diserahkan ke Wiranto., lalu ia minta Mokodongan membacakan didepan wartawan. Saat itu beredarlah konsep SBY dan Mardiyanto, Malam itu juga Wiranto membangunkan seluruh perwira untuk menarik konsep siaran pers versi SBY dan Mardiyanto, Pemimpin media dihubungi, utk tidak memuat berita itu. Kepala intelejen Zacky Makarim dan Kapuspen kontrol berita dari koran/ TV Hubungan Wiranto dan Prabowo terus memburuk. Pangab terus dilapori aktivitas Prabowo Kata Wiranto “ Seharusnya Pangkostrad berorientasi pada wilayah tugas dan tanggung jawabnya sebagai Pangkostrad “ Wiranto lanjutkan : yang menggerakan pasukan atas perintah pangab. Bukan kesana kemari ngurusin masalah politik dan kenegaraan 20 Mei 1998. Mayjen Kivlan Zen bersiap siap untuk mencegah demo 1 juta rakyat yag rencananya akan digelar Amien Rais di Monas, Kivlan Zen sudah menyiapkan Pam Swakarsa ( kelak melebur jadi FPI ) sebagai bagian dari skenario utk hadapi demo rakyat, Perintah menggalang massa diberikan oleh Wiranto. Dia panggil Kivlan Zen utk meminta dana dari Setiawan Jody, Pertemuan ini diatur oleh Jimmly Assidique, dan dalam pertemuan ini Wiranto mengatakan ini perintah Habibie. Entah benar atau tidak, Kivlan Zen meminta Prabowo agar Amien membatalkan niat demo sejuta umat, dengan konsekuensi dirinya akan ditangkap, Kivlan juga mengatur tank & panser. “ Lindas saja mereka yang memaksa masuk Monas “ instruksinya. Namun aksi sejuta orang batal Selepas magrib. Prabowo menemui Habibie.“ Pak, kemungkinan besar Pak tua turun “. Lalu Habibie nyatakan kesiapannya gantikan Soeharto Prabowo lalu kembali ke Cendana. Dia mengira akan mendapat pujian, karena menggagalkan aksi demo sejuta orang, Nyatanya ia mendapatkan kejutan. Wiranto sedang duduk di ruang keluarga bersama putra puteri Cendana Kata Prabowo. Mamiek menuding jarinya seinci dari hidung saya. “ Kamu pengkhianat , jangan injak kakimu di rumah saya lagi” Prabowo keluar dan menunggu. Dia bilang, Saya butuh penjelasan. Tatiek istrinya hanya bisa menangis. Lalu Prabowo pulang Ia menelpon ayahnya, Prof Soemitro. “ Papi nggak percaya kalau saya bilang. Saya dikhianati oleh Mertua Jadi sebelumnya Wiranto mengeluh pergerakan Prabowo & mengindikasikan dia runtang runtung dg Habibie serta para aktivis Soeharto bilang ke Wiranto “ singkirkan saja Prabowo dari pasukan “. Wiranto bertanya lagi, Ditaruh di Irian saja Pak ” Tidak usah, kasih saja pendidikan. Khan keluarganya intelektual ” Kata Soeharto. Saat itu Wiranto sudah memenangkan pertempuran Soeharto lebih percaya Wiranto. Ia memberikan surat Komando Operasi Kewaspadaan dan Keselamatan Nasional pd Wiranto. Ini semacam surat pelimpahan kekuasaan yang memberikan kekuasaan tanpa batas, kepada Wiranto. Just In case, Soeharto mewanti wanti Wiranto. “ Mbok menowo mengko ono gunane – siapa tahu kelak ada gunanya. Menjelang tengah malam, Soeharto duduk, wajahnya pias. “ Saya sudah berbicara dengan anak anak. Saya akan mundur besok” Wiranto kemudian menjamin bahwa ABRI akan melindungi seluruh mantan Presiden beserta keluarganya Tatiek Prabowo menitikan air mata. Ia menangis dg suara tertahan. Hadir juga disana Mayjend Endriartono Sutarto, Komandan Paspampres
21 Mei 98. Soeharto mengundurkan diri dan diganti oleh Habibie. Jam 23 malam, Prabowo dan Muhdi bertemu dengan Habibie di kediamannya Pertemuan ini utk dukungan Presiden baru. Prabowo & Muhdi sebelumnya dilepas dg doa dari Din Syamsudin agar hati Habibie dibukakan, Ini menjadi antiklimaks ketika esok harinya tgl 22 Mei, Prabowo justru dicopot dari jabatannya sebagai Pangkostrad Versi Habibie : Prabowo desak menemuinya. Ia jengah nerima Prabowo. krn sepakat dg Wiranto, ABRI yg ingin menemui harus izin pangab, Menurut Habibie . Ketika Prabowo masuk & melihatnya tanpa membawa senjata. Habbibie puas, artinya Prabowo tidak mendapat ekslusivitas Prabowo : Ini penghinaan bagi keluarga saya dan keluarga mertua saya Presiden Soeharto. Dia berkata ke Habibie Habibie menjelaskan kalau ia mendapat laporan dari Pangab bahwa ada gerakan pasukan Kostrad menuju Jakarta, Kuningan dan Istana Saya bermaksud mengamankan Presiden , Kata Prabowo. “ Ini tugas Pampapres yg tanggung jawab pd Pangab bukan tugas anda, ujar Habibie Prabowo minta setidaknya 3 bln di Kostrad. Habibie menolak. “ Tidak, sampai matahari terbenam, anda harus menyerahkan semua pasukan, Ketika perdebatan berlangsung. Sinton Panjaitan masuk. “ Jenderal, bapak Presiden tdk punya waktu dan segera meninggalkan ruangan, Versi lain menceritakan, Prabowo menolak melepaskan pistol dan kopelnya sehingga dilarang bertemu Presidenoleh Paspampres, Prabowo marah & membuat paspampres keder. Paspampres hubungi Wiranto. Walhasil Wiranto meminta paspampres mengamankan Prabowo, Wiranto menelpon Mayjen Marinir Suharto apa berani mengusir Kopasus dari Istana. “ Berani “. Suharto & Prabowo sebenarnya teman lama, Keduanya pernah tinggal satu kamar di Seskogab Bandung. Marinir akhirnya bergerak ke Istana dan pasukan Kopassus megundurkan diri Forum Editor Asia – Jerman tgl 15 Feb 1999. Habibie bilang, Pasukan di bawah Prabowo konsentrasikan di bbrp tempat, trmsk rumah saya Versi Prabowo : Saya ingat perkataan Habibie. “ Prabowo kapan kamu ragu, temui saya setiap waktu dan jangan berpikir protokoler Setelah bertemu. Prabowo bertanya ke Habibie “ Sir , do you know I was going to be replaced today “ Jawab Habibie “ Yes yes, your father in law asked me to replace you. Its best. II’ll make you ambassador to the United states Habibie menunjuk Wiranto tetap sbg Menhankam/ Pangab. Padahal calon kuat Pangab sebelum pengumuman Kabinet adalah Jend Hendropriyono
Saat Prabowo pamit hendak pergi ke Yordania. Wiranto bilang ketus “ Sudah pergi sana, daripada di Mahkamah Militer “  8 tahun kemudian. Wiranto baru bicara. Menurutnya ada kemungkinan Habibie salah paham dg informasi yg diberikan ttg pasukan liar
  • 13-15 Mei 1998. korban tewas di Jakarta dari sumber : 1. Tim Relawan : 1190 2. Polda : 451 3. Kodam : 463 4. Pemda DKI : 288 TGF
  • 13-15 Mei 1998 Korban Tewas di Kota2 lain di seluruh Indonesia dari sumber : 1. Tim Relawan : 33 2. Polda : 30 TGPF
  • 13-15 Mei 1998 Korban Pemerkosaan 52 orang yang didengar kesaksiannya dari berbagai sumber ( korban, dokter, org tua, rohaniawan) TGPF
  • 13-15 Mei 1998 korban pemerkosaan seksual dengan penganiayaan 14 orang. Sumber dari korban, keluarga dan konselor. TGPF
  • 13-15 Mei 1998 Korban penculikan yang hilang sampai saat ini : 4 orang. TGPF
  • Pola kejadian 13-15 Mei di Jakarta 1. Tahap persiapan 2. Tahap perusakan 3. Tahapan Penjarahan 4. Tahap Pembakaran TGPF
  • 13-15 Mei 1998 aspek Prtggjwbn : 1. kelemahan komando dan pengendalian dari pucuk tertinggi ABRI alias Pangab Wiranto TGPF
  • 13-15 Mei 1998 aspek Prtggjwbn : 2. Strategi yang keliru terkait penempatan pasukan dan prioritas pengamanan TGPF
  • 13-15 Mei 1998 aspek prtggjwban : 3. Komunikasi antara komandan pasukan pengamanan yang terhambat/tidak lancar. TGPF
  • 13-15 Mei 1998 aspek pertggjwban : 4. Hambatan psikologis doktrin ABRI dan adanya pasukan gelap yg berbaur bersama rakyat TGPF
  • 13-15 Mei 1998 aspek pertggjwaban: 5. Perbedaan perintah/ pola tindakan dlm menghadapi kerusuhan& tekanan massa yang sgt besar TGPF
  • 13-15 Mei 1998 Pertanyaan BESAR : Kenapa Pangab Wiranto perintahkan semua panglima dan jenderal ikut berangkat ke Malang? TGPF

Tragedi TRISAKTI mei '98

Pada hari Selasa, 12 Mei 1998 dimulai kurang lebih jam 10.30 Wib bertempat di halaman parkir kampus A Universitas Trisakti, Jalan Kyai Tapa Grogol Jakarta Barat, telah diadakan Mimbar Bebas oleh Senat Mahasiswa Universitas Trisakti yang dihadiri oleh para Guru Besar, Pimpinan Universitas dan Fakultas, Dosen, Karyawan, Alumni dan Mahasiswa.
Universitas Trisakti dari berbagai Fakultas berjumlah kurang lebih 6000 orang. Aksi mimbar bebas tersebut berlangsung tertib dengan menggelar Orasi oleh para guru besar, para Dosen dan para Mahasiswa sendiri, berlangsung sampai kurang lebih jam 11.30 Wib.

Setelah itu tanpa dapat dibendung , mahasiswa secara berbondong-bondong pergi meninggalkan kampus keluar ke jalan raya S.Parman degan tujuan mereka hendak ke gedung MPR/DPR. Namun setibanya di depan kantor Walikota Jakarta Barat yng berjarak kurang lebih 200 M dari kampus Trisakti, mereka dihadang oleh Aparat Keamanan.

Semula Aparat keamanan ini hanya terdiri dari 2 lapis, dihadiri juga oleh Komandan Kodim Jakarta Barat Let.Kol.AMRIL dan Wakil Kapolres Jakarta Barat Mayor Herman. Para Mahasiswa meminta agar diadakan negosiasi yang isinya agar mereka diijinkan berbaris secara tertib menuju Gedung MPR/DPR dengan dikawal oleh Pasukan Keamanan yang ada.

Para Mahasiswa diwakili oleh Dekan Fakultas Hukum Adi Andojo Soetjipto SH mengadakan negosiasi dengan Komandan Kodim Jakarta Barat Let.Kol. Amril tersebut. Namun negosiasi tidak berhasil karena Dan.Dim mengatakan adalah perintah atasan bahwa mahasiswa tidak diperkenankan turun ke jalan disebabkan oleh kemungkinan terjadinnya kemacetan lalu lintas dan dapat menimbulkan kerusakan yang tak diinginkan.

Berhubung negosiasi tak berhasil, dekan Fakultas Hukum meminta pada para mahasiswa agar berhenti di tempat dan tidak maju lagi. Para mehasiswa menuruti anjuran Dekan Fakultas Hukum tersebut. Mereka lalu menyanyi dan meneriakkan yel-yel, akan tetapi semuanya itu dilakukan secara tertib meskipun harus diakui bahwa lalu lintas arah Grogol menuju Senayan memang menjadi macet. Sementara itu pasukan keamanan ditambah jumlahnya dengan 2 Truk dan 5 Panser oleh Arthur Damanik.

Kurang lebih jam 15.30 Wib, ada pemberitahuan dari pihak keamanan bahwa unjuk rasa mahasiswa hanya diberi waktu sampai jam 16.00 Wib. Dekan Fakultas Hukum dengan ditemani oleh Dekan Fakultas Ekonomi DR. Chairuman, datang di tempat dimana para mahasiswa tadi berkumpul di jalan S.Parman jumlahnya tinggal kurang lebih 1000 orang karena yang selebihnya sudah meninggalkan tempat. Dekan Fakultas Hukum dan Dekan Fakultas Ekonomi berusaha membujuk para mahasiswa untuk membubarkan diri dan kembali ke kampus. Para Mahasiswa menuntut agar para pasukan yang berdiri berjajar mundur terlebih dahulu.

Karena tak diperintahkan oleh komandannya sudah barang tentu mereka tidak mau mundur . Mahasiswa minta agar komandannya dipanggil untuk naik ke atas meja dan bertemu dengan para mahasiswa. Akhirnya Kapolres Jakarta Barat (Let. Kol Timor Pradopo) dan Dan.Dim Jakarta Barat (Let. Kol. Amril) memenuhi keinginan mahasiswa dengan memanjat ke atas meja. Kapolres Jakarta Barat dalam sambutannya menyatakan rasa terima kasihnya bahwa mahasiswa sudah melakukan aksi unjuk rasa itu dengan tertib. Hal ini dengan tegas diucapkan oleh Kapolres Jakarta Barat tersebut.

Selanjutnya barisan keamanan diperintahkan untuk mundur jauh kebelakang kurang lebih 200 meter. Setelah para mahasiswa dihimbau oleh Dekan Fakultas Hukum dan Dekan Fakultas Ekonomi, akhirnya mereka juga mau membubarkan diri secara perlahan-lahan dan tertib kembali ke kampus hal ini ditambah dengan hujan yang turun dengan derasnya.

Sebagian masih tertahan di luar kampus sebagaimana layaknya kalau pulang kuliah, memesan makanan di pedagang yang banyak berjualan di luar kampus. Saat itu hujan sudah mulai reda. Disaat mahasiswa sebagian berjalan kembali ke kampus, tiba-tiba terdengar suara tembakan yang mengakibatkan mahasiswa yang telah berada di dalam kampus kembali bergerak menuju gerbang kampus.

Massa mahasiswa didesak oleh petugas untuk masuk ke dalam kampus dengan mengeluarkan tembakan-tembakan. Petugas telah berada di luar areal kampus bahkan di jalan layang yang berhadapan dengan kampus Universitas Trisakti. Tembakan dilakukan oleh aparat tidak hanya terbatas pada peluru karet tetapi juga peluru tajam dan puluhan gas air mata dilemparkan kedalam kampus Trisakti. Hal ini terbukti dengan diketemukannya selongsong peluru dan bekas gas air mata.

Puluhan mahasiswa yang berlarian ke dalam kampus ditembaki dari luar kampus dan sampai dengan jam 23.25 Wib, Enam Mahasiswa Trisakti meninggal dunia disamping Enam Belas Mahasiswa dirawat di rumah sakit terdekat berdasarkan data-data yang terkumpul dari petugas Universitas Trisakti.

Jakarta, 13 Mei 1998, Jam 00.15 Wib
Dekan Fakultas Hukum Universitas Trisakti
Selaku Ketua CRISIS CENTER

Adi Andojo Soetjipto, SH

Naskah ini diketik kembali berdasarkan naskah resmi yang telah beredar sebelumya di seputar kampus.

Jakarta 14 Mei 1998
Eri Herdian
HUMAS ADHISTHANA 97-98

Disalin dari: Tragedi Mei '98 - DetikForum

Dari Pengkhianatan hingga Semeru



 Masih di lingkungan kampus, Soe Hok Gie dikenal pula sebagai aktifis makasiswa yang kritis serta memiliki pandangan pandangan ideal untuk bangsannya. Kendati berasal dari keluarga minoritas Tionghoa, namun ia mendedikasikan diri sepenuhnya untuk kepentingan lebih besar, bangsanya tanpa memandang agama, suku dan warna kulit.
Seperti disampaikan oleh Pemimpin Umum Harian Kompas Jakob Utama, Hok Gie menyikapi tiap persoalan secara ‘hitam putih’. Karena itu analisisnya menjadi tajam dan menusuk. Pada masa demokorasi terpimpin sebagai contoh, ia merasa gusar saat melihat bung Karno melenceng dari cita cita revolusi semula. Menurutnya pemerintahan sang proklamator bukan hanya tak bekerja dengan efisien tetapi juga termahsyur karena praktik korupsi dan dekadensi moral. Sementara rakyat sendiri hidup dalam kemelaratan, mengantri minyak dan kekurangan pangan. Hok Gie menulis, “kalau rakyat Indonesia terlalu melarat, maka secara natural mereka akan bergerak sendiri. dan kalau ini terjadi, maka akan terjadi chaos. Lebih baik mahasiswa yang bergerak, maka lahirlah sang demontsran.” Sebagai seorang intelektual yang merasa terpanggil untuk melakukan perubahan, Soe Hok Gie memainkan dua peran ganda yakni sebagai man on the street sekaligus Man On the paper. 

 Sebagai man on the street ia menjadi seorang demonstran yang aktif, hari harinya diisi dengan demo. Rapat penting disana sini dan membangun jaringan. Tahun 1966 ketika mahasiswa turun kejalan dengan mengusung isu Tritura, ia berada dibarisan paling depan. Konon ia pulalah yang menjadi salah satu tokoh kunci terjadinya alisansi anatara Mahaiswa dan ABRI 1966.

Sedang sebagai man on the paper, ia menjadi seorang penulis yang goresan penanya amat tajam. Tulisan tulisan Hok Gie selalu blak blakan, telanjang, berani, jujur namun tidak membabi buta, karena berdasarkan pada daya analisis mendalam dan disertai oleh sentuhan kemanusiaan. Dalam artikel berjudul ‘Orang orang Indonesia Di Amerika’ sebagai contoh, ia menulis dengan sangat gamblang kebiasaan pembesar pembesar kita yang doyan ‘menunggang kuda putih’, dengan kata lain ‘tidur’ bersama perempuan bule saat melakukan dinas kenegaraan ke luar negri. Atau waktu menyinggung proyek Monumen Nasional ia berujar, “Jauh lebih mudah membuat sebuah monumen dengan emas di puncaknya daripada membuat dan memperbaiki 1000 kilometer jalan raya.” 
 
Semula Hok Gie bersama kawan-kawannya bekerja keras demi mewujudkan cita cita mereka. Ia percaya bila rezim orde lama tumbang maka keadaan akan lebih baik. Namun kejadiaanya justru anti klimaks. Setelah Bung Karno Mundur dan Soeharto menggantikan posisinya keadaan ternyata tak jadi lebih baik. Ia geram atas pembunuhan besar besaran yang dialami oleh anggota PKI dan mereka yang di tuduh sebagai simpatisannya. Hok Gie jelas bukan PKI, tapi dalam pandangannya tiap orang sejahat apapun memiliki han untuk membela diri dan mendapat pembelaan hukum saat akan diadili. Ketika banyak orang tidak tahu atau bisa jadi pura-pura tidak tahu terhadap hal itu karena takut mendapat tuduhan serupa dari Orde Baru, ia dengan berani menulis, “di akhir tahun 1965 dan disekitar tahun 1966, dipulau yang indah ini (Bali) telah terjadi suatu mala petaka yang mngerikan, yang tiada taranya dalam zaman modern ini baik dari sudut waktu yang begitu singkat maupun dari jumlah mereka mereka yang disembelih.” 

 Saat HAM perlu dibela dan keadilan perlu ditegakan, kawan kawan aktifinya justru berpaling dan lebih memilih untuk bergabung di parlemen. Hok Gie kecewa, karena baginya mahasiswa adalah kekuatan moral yang independen dan tak tersentuh oleh unsur politik manapun. mereka bertugas untuk mengganti rezim yang telah bobrok dengan rezim baru yang lebih baik. Setelah tugas itu usai, maka mahasiswa harus kembali ke kampus untuk belajar. kekecewaan itu ia wujudkan dengan menggelar protes yang bikin geger. Hok Gie mengirimi mereka bedak, gincu, cermin, benang dan jarum. Dalam suratnya ia menulis, agar mereka terlihat lebih menarik dimata penguasa. “bekerjalah lebih baik, hidup orde baru! Nikmatilah kursi Anda-tidurlah nyenak”, ungkapnya sinis.

Keberanian Soe Hok Gie bukan tanpa risiko. Ia mendapat surat kaleng dengan makian rasis agar dirinya kembali saja ke negri asalnya atau dirempet mobil. “Nasibmu akan ditentukan pada suatu ketika. Kau sekarang sudah dibuntuti. Saya nasihatkan jangan pergi sendirian atau di malam hari”, begitu bunyi salah satu ancaman yang ditujukan. Kawan kawannyapun mulai menjauh darinya. Saat keadaan tidak menjadi lebih baik, padahal penguasa telah berganti, ia curhat pada sang kakak Arif Budiman, “Makin lama, makin banyak musuh saya dan makin sedikit orang yang mengerti saya. Dan kritik-kritik saya tidak mengubah keadaan. Jadi apa sebenarnya yang saya lakukan? Saya ingin menolong rakyat kecil yang tertindas, tapi kalau keadaan tidak berubah, apa gunanya kritik-kritik saya? Apa ini bukan semacam onani yang konyol? Kadang-kadang saya merasa sungguh-sungguh kesepian” 

Guna menghilangkan keresahan dalam dirinya, iapun sering sering naik gunung. Aktifitas yang membuat ia dapat mengenal dan mencintai Indonesia secara langsung. Ia bersinggungan dengan orang-orang desa dan di alamlah dirinya mendapat kedamaian. Hingga kematian menjemputnya dipuncak Semeru pada 16 Desember 1969, cita cita Soe Hok Gie soal kehidupan yang adil makmur belum tercapai. Ia mati muda sebelum usiannya genap 27 tahun. Alam semesta rupanya lebih mencintai dirinya dan tak tak rela kalau sang demonstran kembali bergabung dengan kehidupan kota yang serba munafik. Prasisti atas kematiannya abadi tersimpan dipuncak gunung semeru. Barangkali ia telah menjadi penunggu gunung tertinggi di pulau jawa itu dan sedang mengawasi perjalanan bangsanya dengan bimbang.
Soe Hok Gie & Semeru

Revolusi Mei '98

Pendudukan gedung DPR/MPR oleh mahasiswa


Dalam keadaan yang mulai terkendali setelah mencekam selama beberapa hari sejak tertembaknya mahasiswa Trisakti dan terjadinya kerusuhan besar di Indonesia, tanggal 18 Mei 1998 hari Senin siang, ribuan mahasiswa berkumpul di depan gedung DPR/MPR dan dihadang oleh tentara yang bersenjata lengkap, bukan lagi aparat kepolisian.
Tuntutan mereka yang utama adalah pengusutan penembakan mahasiswa Trisakti, penolakan terhadap penunjukan Soeharto sebagai Presiden kembali, pembubaran DPR/MPR 1998, pembentukan pemerintahan baru, dan pemulihan ekonomi secepatnya.
Kedatangan ribuan mahasiwa ke gedung DPR/MPR saat itu begitu menegangkan dan nyaris terjadi insiden. Suatu saat tentara yang berada di depan gedung atas tangga sempat mengokang senjata mereka sehingga membuat panik para wartawan yang segera menyingkir dari arena demonstrasi.
Mahasiswa ternyata tidak panik dan tidak terpancing untuk melarikan diri sehingga tentara tidak dapat memukul mundur mahasiswa dari gedung DPR/MPR. Akhirnya mahasiswa melakukan pembicaraan dengan pihak keamanan selanjutnya membubarkan diri pada sore hari dan pulang dengan menumpang bus umum.
Keesokan harinya mahasiswa yang mendatangi gedung DPR/MPR semakin banyak dan lebih dari itu mereka berhasil menginap dan menduduki gedung itu selama beberapa hari. Keberhasilan meduduki gedung DPR/MPR mengundang semakin banyaknya mahasiswa dari luar Jakarta untuk datang dan turut menginap di gedung tersebut. Mereka mau menunjukkan kalau reformasi itu bukan hanya milik Jakarta tapi milik semua orang Indonesia.
Soeharto akhirnya menyerah pada tuntutan rakyat yang menghendaki dia tidak menjadi Presiden lagi, namun tampaknya tak semudah itu reformasi dimenangkan oleh rakyat Indonesia karena ia meninggalkan kursi kepresidenan dengan menyerahkan secara sepihak tampuk kedaulatan rakyat begitu saja kepada Habiebie. Ini mengundang perdebatan hukum dan penolakan dari masyarakat.
Bahkan dengan tegas sebagian besar mahasiswa menyatakan bahwa Habiebie bukan Presiden Indonesia. Mereka tetap bertahan di gedung DPR/MPR sampai akhirnya diserbu oleh tentara dan semua mahasiswa digusur dan diungsikan ke kampus-kampus terdekat. Paling banyak yang menampung mahasiswa pada saat evakuasi tersebut adalah kampus Atma Jaya Jakarta yang terletak di Semanggi.

Gie

Gie
Berbahagialah orang yang mati muda - Gie -

“Dunia ini adalah dunia yang aneh. Dunia yang hijau tapi lucu. Dunia yang kotor tapi indah. Mungkin karena itulah saya telah jatuh cinta dengan kehidupan. Dan saya akan mengisinya, membuat mimpi-mimpi yang indah dan membius diri saya dalam segala-galanya. Semua dengan kesadaran. Setelah itu hati rasanya menjadi lega.”

Nasib terbaik adalah tidak pernah dilahirkan, yang kedua dilahirkan tapi mati muda, yang tersial adalah yang berumur tua. Rasa-rasanya memang begitu. Bahagialah mereka yang mati muda.
Kehidupan sekarang benar-benar membosankan saya. Saya merasa seperti monyet tua yang dikurung di kebun binatang dan tidak punya kerja lagi.
Saya ingin merasakan kehidupan kasar dan keras … diusap oleh angin dingin seperti pisau, atau berjalan memotong hutan dan mandi di sungai kecil.
Orang-orang seperti kita ini tidak pantas mati di tempat tidur".
Kita, generasi baru, ditugaskan untuk memberantas generasi tua yang mengacau.Kita akan menjadi hakim atas mereka yang dituduh koruptor-koruptor tua. Kitalah generasi yang akan memakmurkan Indonesia. Yang berkuasa sekarang adalah orang-orang yang dibesarkan jaman Hindia Belanda, mereka adalah pejuang kemerdekaan yang gigih, tapi kini mereka telah menghianati apa yang diperjuangkan, dan rakyat makin lama makin menderita. Siapa yang bertanggung jawab akan hal ini? Mereka generasi tua, semuanya pemimpin-pemimpin yang harus ditembak mati di lapangan banteng.
" Hidup adalah soal keberanian menghadapi yang tanda tanya tanpa bisa mengerti dan tanpa bisa menawar "

- SOE HOK GIE -

Revolusioner


Hari ini aku lihat kembali
Wajah-wajah halus yang keras
Yang berbicara tentang kemerdekaaan
Dan demokrasi
Dan bercita-cita
Menggulingkan tiran
Aku mengenali mereka
yang tanpa tentara mau berperang melawan diktator
dan yang tanpa uang
mau memberantas korupsi.
Kawan-kawan
Kuberikan padamu cintaku
Dan maukah kau berjabat tangan
Selalu dalam hidup ini?


"I'am never be calm, and always be gelisah (Gie)
Apa reaksi Soe Hok Gie bila masih hidup saat ini? Indonesia sekarang tak lebih baik bila dibanding dengan zamannya dulu. Apakah ia akan menjadi apatis atau tetap resisten melawan setiap ketidakadilan dengan segala risikonya? Apakah ia akan berkompromi dengan kekuasaan atau tetap menjaga jarak dan independen?

Guna menjawab pertanyaan itu, sedari awal Hok Gie berkata, “Di Indonesia hanya ada dua pilihan: menjadi idealis atau apatis. Saya sudah lama memutuskan bahwa saya harus menjadi idealis sampai batas batas sejauh jauhnya”. Sampai ‘batas sejauh jauhnya’ ia berujar. Dengan senegap intergritas dan bukti bukti perjuangnnya, bilapun ia masih hidup saat ini, niscaya dirinya akan tetap konsisten rel perjuangannya yang murni. Ia tak akan mendirikan partai politik atau menjadi bagian dari kekuasaan. Profesi yang dipilih mungkin dosen, mungkin jurnalis atau mungkin juga keduannya. Namun bila profesi profesi tersebut tak dapat lagi menampung kreatifitas pikirannya, bisa saja ia menjelma jadi seorang blogger yang aktif. Bukankah sejak remaja Hok Gie telah menjadi tukang curhat dibuku hariannya. Kemajuan teknologi dapat memfasilitasinya untuk menyebarluaskan apa yang ia pikirkan secara luas dan gratis.

Terlepas ia telah meninggal atau masih hidup, Soe Hok Gie adalah model ideal bagi setiap generasi muda Indonesia, khususnya mahasiswa untuk menilai diri mereka secara jujur. Apa yang telah mereka lakukan untuk bangsa ini? Tridharma pendidikan tinggi mengamanatkan tiga poin penting, yakni pendidikan, penelitian dan penelitian. Namun seperti jauh panggang dari api, sebagian mahasiswa memaknai kehidupan kampus hanya berkutat soal bangku bangku, ruang kelas dan pengajaran tok. Tak heran muncul istilah istilah seperti kupu kupu atau kuliah pulang kuliah pulang bagi mereka yang tidak punya aktifitas lain di kampus kecuali belajar, atau kuper atau kuliah-perpus kuliah-perpus, bagi mereka yang telalu serius menderasi diktat diktat. Sementara sebagian lagi sama sekali tak tahu apa esensi pendidikan tinggi sesungguhnya.

Padahal menurut Novelis Edith Warthon, Generasi muda hendaknya menjadi lilin yang menjadi cahaya sekaligus mencari cermin yang memantulkan sinarnya. Hal ini dibuktikan oleh Soe Hok Gie. Secara personal dan sosial ia dikenal sebagai sosok simpatik, ramah dan tak sungkan membantuk kawan yang mendapat masalah. Sebagai seorang intelektual ia telah memenuhi panggilan jiwanya yang paling dalam. kekritisan sikapnya, tercermin dari aktiftasnya sebagai seorang demostran dan penulis. Baginya menjadi pintar saja tidaklah cukup kalau belum bisa bertindak benar. Bukankah kepintaran yang tak diiringin kebenaran berpotensi besar untuk ‘merusak’ dimasa datang. Hok Gie telah menyelerasakan fungsi tri Dharman pendidikan tinggi yang pincang itu. Meski pengkhianatan dan ancaman ditujukan padanya, namun Hok Gie tetap konsisten. Ia tak tergiur untuk bergabung dengan kekuasaan dan memeperkaya diri sendiri seperti kawan kawannya.

 Sikap seperti itu yang mestinya merasuki jiwa tiap generasi muda. Kembali menelaah risalahnya dan berkali-kali meneladaninya merupakan suatu keutamaan. Meneladani dalam prespektif mewarisi karakternya yang penuh martabat. Keculasan diganti kejujuran dan apatisme diganti dengan pengabdian kendati kecil dampaknya dimasyarakat. Pertanyaanya kemudian, apakah kita berani melakukan hal serupa sekarang? Menjadi tidak populer dan dianggap aneh di tengah keadaan yang serba munafik. Seperti disampaikan Hok Gie, kalau memang berani maka rentaslah jalan hidup yang kering dan sepi di depan kita